Sabtu, 16 Januari 2021

Mengukir Diatas Batu atau Mengukir diatas Air

Bismillah Alhamdulillah

Laa Haulaa Walaa quwwata illabillah



Pengalaman ini saya lakukan ketika mendapat tugas aktualisasi Latihan Dasar (Latsar) ASN tahun 2019. Alhamdulillah di tahun tersebut saya lolos seleksi CPNS dan melaksanakan latsar di Pusdik Brimob Bumi Kandung Watukosek.

Untuk mewujudkan nilai-nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi, kami CPNS harus melakukan kegiatan aktualisasi diri sebagai perwujudan dari nilai-nilai dasar tersebut.

Saya memilih formasi di UPT SDN 236 Gresik yang dulunya bernama SDN Randupadangan. terletak sekitar 6 km dari rumah saya. sekolah dasar yang saya tempati tergolong sekolah "pelosok" disekitaran kecamatan tempat saya tinggal. Dengan mayoritas peserta didiknya beragama islam.

Saya diamanahkan memegang kelas 5 disekolah tersebut.

Akan tetapi, pembiasaan-pembiasaan yang umum ditemukan di sekolah-sekolah belum saya temui disini. Secara prasarana menurut saya juga cukup minim. Tidak ada mushollah sehingga anak-anak belum bisa melakukan sholat berjamaah atau sholat duhah di sekolah, dimana pembiasaan ini sudah diterapkan di sekolah yang saya tempati sebelumnya.

Kegiatan literasi juga "belum mewabah" ( seperti salah satu artikel di blog saya, heheheh... https://atangalma.blogspot.com/2021/01/bismillah-alhamdulillah.html ). 

Perpustakaan yang kurang nyaman jika kita ingin berlama-lama mencari sumber bacaan atau sekedar santai di jam istirahat untuk membaca, serta keterbatasan-keterbatasan lain. Disini saya ingin menerapkan kegiatan literasi religius, dengan membiasakan peserta didik membaca satu surat pendek diawal pelajaran secara bersama. Dari sini saya berharap mereka dapat mengahafal 1 juz jika sudah lulus dari sekolah dasar ini ( pengembangan pembiasaan kedepannya ).

Bukan maksud menunjukkan kelemahan, namun sangat disayangkan jika pembiasaan baik tidak dilaksanakan sejak kecil. 

Seperti yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sisdiknas yang berbunyi : “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.  

Pendidikan Karakter Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education)  dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. 

Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter. 

Berikut beberapa contoh kasus akibat rendahnya moral anak diantaranya kejadian siswa yang menantang gurunya ketika ditegur sedang merokok dalam kelas selama pelajaran yang terjadi di salah satu SMP Swasta di Kecamatan Wringinanom Gresik. 

Juga dikutip dari www.tirto.id, menurut Komisioner KPAI bidang pendidikan, Retno Listyarti, terdapat 24 kasus sektor pendidikan dengan korban dan pelaku anak pada bulan Januari sampai dengan 13 Februari 2019 dengan rincian 3 kasus kekerasan fisik, 8 kekerasan psikis, 3 kekerasan seksual, 1 tawuran pelajar, korban kebijakan 5 kasus, dan 1 kasus eksploitasi. 

Dari beritagresik.com, Menurut catatan Dinkes Gresik, selama 2017, tercatat ada 187 kasus hamil di luar nikah (jawapos, 13/01/2017). Bahkan menurut Kepala Dinkes Gresik, dr Nurul Dholam penderita HIV/AIDS terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data dinas desehatan, jumlah penderita HIV/AIDS tahun 2016 mencapai 76 orang dan bertambah 90 orang di tahun 2017 (Jawa pos, 1/12/2017). Dari jumlah tersebut, 50% diantaranya adalah mereka dari orientasi menyimpang, yaitu Gay atau LGBT (Radar Surabaya, 1/11/2018).

naudzubillah himindzaliik...

Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. salahsatunya menggunakan metode pembiasaan.

Kegiatan Pembiasaan di sekolah untuk pengembangan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku positif tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. 

Hal tersebut juga akan menghasilkan suatu kompetensi. Pengembangan karakter melalui pembiasaan ini dapat dilakukan secara terjadwal atau tidak terjadwal baik di dalam maupun di luar kelas.

Pembiasaan dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil ( anak ). Karena mereka memiliki “ rekaman “ atau  ingatan kuat serta kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan keiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. 

Oleh karena itu sebagai awal proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa. 

salah satu wujud aktualisasi yang saya terapkan adalah melakukan pembiasaan-pembiasaan tersebut, yaitu melaksanakan sholat berjamaah dan literasi religius (membaca surat pendek).

Pembiasaan religius akan memasukkan unsur-unsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama. Jika pembiasaan sudah ditanamkan, maka anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah dan melakukan kebaikan, bahkan ibadah dan perbuatan baiknya akan menjadi bingkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya karena mereka bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama manusia. 

Dengan tertanamnya landasan agama pada anak sejak dini, ibarat kita melukis diatas batu, maka diharapkan anak memiliki pondasi kuat tentang akhlak yang nantinya dapat digunakan sebagai benteng diri dalam berkehidupan di lingkungan yang lebih luas. 

Diharapkan anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang tidak baik. Sehingga nantinya dapat mengubah perilaku anak menjadi lebih baik juga. Disamping itu, dengan pondasi keagamaan yang kuat sejak dini, diharap dapat juga menumbuhkan perilaku jujur, karena dalam diri anak sudah tertanam bahwa Allah Maha Melihat. Tertanam perilaku disiplin, karena dengan pembiasaan mengaji, berdoa, sholat berjamah, dan kegiatan pembiasaan lain  yang dilakukan berulang-ulang dan tepat waktu akan membuat anak terbiasa disiplin dalam menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya.

Dan akhirnya ...

Tepat dibulan september, saya mulai kegiatan tersebut. Program yang ingin saya aktualisasikan. Saya minta izin kepada kepala sekolah tentang maksud dan rencana saya. Alhamdulillah... beliau mendukung penuh. Pun demikian dengan guru-guru lain.

Saya membuat program pembiasaan saya. Membuat daftar hafalan surat pendek apa yang akan menjadi target hafalan saya kepada anak-anak. Membuat jadwal menjadi imam untuk anak laki-laki. Menyiapkan prasarana kegiatan seperti tikar untuk sholat ( sekolah belum memiliki mushollah ),  sholat berjamaah saya lakukan didalam kelas dengan menggunakan tikar. Menyiapkan Juz 'Amma untuk bahan bacaan anak-anak, serta membuat kartu setoran hafalan.

Juz 'Amma untuk anak-anak

Kartu setoran hafalan

Saya melakukan sosialisasi kepada anak-anak. Alhamdulillah mereka merespon baik dan antusias kegiatan ini. mereka ingin seperti sekolah madrasah di sebelah SDN ini yang telah melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.

Alhamdulillah.. gayung pun bersambut.

flashback :

Sedikit melenceng dari apa yang saya bahas diatas. seiring bertambahnya usia saya dan mirisnya melihat keadaan anak-anak sekarang. dari lubuk hati terdalam saya, ingin memberikan mereka bekal kebaikan yang melekat  yang menjadikan mereka anak-anak sholih sholihah. memperoleh RidhoNYA melalui dunia pendidikan.

Lanjut...

Sekolah masuk pukul 07.00. Diawal jam pelajaran, 10 menit pertama anak-anak saya ajak membaca surat pendek yang sudah saya buatkan daftarnya yang harus mereka baca dalam kurun waktu satu semester. Dari pembiasaan membaca surat pendek ini, diakhir pekan (hari jumat) anak-anak diminta menyetorkan hafalannya kemudian saya tulis dalam buku setoran hafalan. Bagi yang belum hafal, saya izinkan menyetorkan hafalan beberapa ayat saja yang sudah dihafal.

Kegiatan membaca surat pendek sebelum memulai pelajaran

Alhamdulillah, dalam satu bulan anak-anak sudah dapat menghafal 2-3 surat pendek. Kegiatan ini terus saya lakukan hingga sebelum pandemi dan PJJ belum diterapkan.

Saat ini, saya hanya bisa mengingatkan siswa saya untuk tetap membaca Al Qur'an, dan beberapa kali saya meminta mereka untuk mengirim bukti rekaman suara atau video ketika mereka membaca Al Qur'an. sebagai wujud keistiqomahan pembiasaan baik ini.

Setoran Hafalan Surat Pendek di kelas

Kelas selesai pukul 12.30 WIB. Anak-anak bersiap untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Mereka berwudhu di keran depan kelas. Keterbatasan sarana tidak menyurutkan tekad saya untuk melaksanakan pembiasaan ini. Untuk dapat berwudhu, kami harus mendatangi tetangga sekolah yang menyalurkan air ke sekolah kami. yaa.. air yang digunakan adalah air yang dibeli dari tetangga sebelah. Karena sekolah belum memiliki sumur atau tandon.

Sholat dilaksanakan didalam kelas dengan menggunakan tikar. Siswa laki-laki yang paling bagus bacaannya saya tunjuk sebagai imam sholat. Tentu saya juga meminta bantuan guru agama untuk membimbing mereka mengenai tata cara sholat berjamaah. 

Untuk wirid setelah sholat, saya mencetaknya di lembaran dan dilaminating. Dibaca masing-masing siswa setelah selesai sholat. Saya pandu juga untuk pembacaan wirid ini.
Kegiatan Sholat Dzuhur berjamaah

Alhamdulillah.. maha besar Allah...

Teman guru dikelas tinggi mengikuti kegiatan saya ini. Beliau-beliau juga mengadakan sholat berjamaah untuk peserta didiknya.

walimurid mendukung penuh kegiatan yang saya laksanakan.

Dan saat ini, setelah kurang lebih 1,5 tahun saya di sekolah tersebut.. mungkin Allah menjawab niat baik saya. Sekolah sudah memulai membangun mushollah, walaupun progres pembangunannya masih 50%. Sekolah juga sudah membangun sumur dengan bekerjasama dengan TK yang bersebelahan. Memiliki tandon air untuk memudahkan ketersediaan air di sekolah.



Mengutip sedikit wejangan KH Maemun Zubaer :
" ... sebaik-baiknya harta adalah anak yang sholih sholihah... "


Salah satu pahala yang tidak terputus adalah doa anak sholih sholihah.. aamiin.





Mengutip kata bijak KI Hajar Dewantara :
Ing Ngarsa sung tuladha
Ing mdya mangun karsa
Tut wuri handayani


Belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu, belajar sesudah dewasa laksana mengukir diatas air

Wallahu a'lam bisshowwab


bersambung ...

11 komentar:

  1. Assalamualaikum...salam kenal Bu....MasyaAlloh Indah betul Bu....tulisan dan segalanya Isinya berkualitas.....mohon berkenan main bu....Trims

    https://suryanietin.blogspot.com/2021/01/tantangan-guru-mengajar-generasi.html

    BalasHapus
  2. Membuat kebiasaan baik memang tdk mudah namun juga tdk ada yg mustahil jd lakukan terus kebaikan dan contohkan kebaikan dg konsisten..semangaat literasi..semangat menulis dan menginspirasi..

    BalasHapus
  3. Subhanallah, barokallah Bunda, semoga sukses.

    BalasHapus
  4. menginspirasi ibu semoga tetap Itiqomah di jalan Allah SWT, semoga sukses semangat berliterasi

    BalasHapus
  5. keren bu, menulisnya sudah mengalir dan joss

    BalasHapus
  6. Berbekal untuk akhirat, jauh lebih baik dari pada mengejar dunia yang tanpa ujungnya.

    BalasHapus