Minggu, 07 Maret 2021

Perempuan, Globalisasi, Teknologi, dan Kodratnya

 Bismillah Alhamdulillah
Laa Haulaa walaa Quwwata


Kartini Milenial adalah perempuan yang mampu membawa perubahan dan atmosfer positif, kreatif dan inovatif dengan tetap menjaga kodratnya sebagai wanita.

Jika kita berbicara tentang perempuan, yang terlintas adalah sosok kaum feminin dengan keluwesan dan keanggunan yang disandangnya, dengan sifatnya yang mudah menangis. Perempuan selalu dianggap sebagai makhluk lemah dibanding dengan laki-laki. Padahal, peran perempuan amatlah penting terutama dalam keluarga. Ibu, yang juga seorang perempuan adalah tempat sekolah pertama bagi anak-anaknya. Penentu terciptanya watak dan kepribadian anak. Jika keluarga mampu membentuk kepribadian anak dengan baik, anak yang bertanggung jawab, jujur, disiplin, taat dalam ajaran agamanya, menghormati orang yang lebih tua dan menghargai yang lebih mudah, memiliki simpati dan empati, serta sifat-sifat bijak kehidupan lainnya, insyaallah akan tercipta generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Emansipasi perempuan yang ada saat ini akan mengingatkan pada sosok inspiratif perempuan hebat Indonesia, R.A Kartini. Beliau adalah sosok yang memperjuangkan bagaimana pentingnya pendidikan bagi perempuan. Berdasarkan uraian diatas, bahwa perempuan adalah calon ibu yang akan menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. Bagaimana keluarga dapat memberikan pendidikan yang baik jika unsur utama pendidiknya tidak memiliki kecakapan mendidik?. Untuk itulah, R.A Kartini kala itu memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan.

Sebagai perempuan, kita juga harus menyadari kodrat dan fitrah yang dianugerahkan oleh Allah SWT, sehingga kita dapat menjaga, memelihara, dan memanfaatkannya secara optimal sesuai dengan rambu-rambu norma dan agama yang dianut sebagaimana Allah SWT menciptakannya pada kaum hawa.

Kodrat perempuan sebagaimana yang telah diciptakan Allah SWT antara lain :

1.      Bentuk fisik

Secara fisik, perempuan tercipta cantik, gemulai, feminin, serta keindahan yang berbeda di banding kaum adam. Walaupun untuk kesan cantik memiliki sudut pandang berbeda dan bersifat relatif. Keadaan seperti ini wajar dan sah saja menurut agama jika tidak berlebihan. Kodrat wanita yang diciptakan menarik adalah untuk mendapatkan pasangannya. Karena jelas Allah menciptakan manusia secara berpasang-pasang (QS. Al Hujurat ayat 13).

 

2.      Fungsi fisik

Fungsi fisik yang dimiliki kaum perempuan adalah cenderung untuk perkembangbiakan manusia dalam mempertahankan jenisnya. Fungsi fisik perempuan meliputi fungsi reproduksi ( Rahim, menyusui, hormonal, haid).

   

3.      Emosional

Sisi emosional perempuan yang senditif dibanding laki-laki menjadikannya memiliki peran utama dalam mendidik anak-anaknya dengan cinta dan kasih saying. Keadaan ini bukan berarti sebagai titik lemah perempuan, namun potensi yang dianugerahkan Allah SWT untuk mendukung kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat.

 

4.      Sisi universal sebagai manusia

Selain kodrat khusus perempuan di atas, perempuan juga dianugerahkan akal, perasaan, serta fungsi kejiwaan seperti pada manusia secara umum.

Tulisan kali ini mengangkat peran wanita di era milenial, era revolusi industri 4.0, dimana setiap manusia termasuk kaum perempuan dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap pesatnya kemajuan teknologi di setiap detiknya, dengan segala tantangan kehidupan sosial, keluarga, bahkan dunia pekerjaan yang di gelutinya.

Jika dulu seorang perempuan terutama di desa akan dicemooh jika bersekolah terlalu tinggi. “untuk apa perempuan kok sekolah tinggi-tinggi, toh juga kembalinya ke dapur”. Kalimat seperti ini acap kali saya dengar sendiri dari orang-orang di sekitar saya. Namun hal itu tak menyurutkan saya untuk terus bersekolah semampu saya. Dua gelar strata 1 pun saya sandang. Saat ini pun saya insyaallah masih diberi kemampuan untuk mendidik anak-anak di sekolah dan mengurus rumah tangga. Tentunya dengan izin suami.

Orang tua saya pun selalu berpesan jika warisan yang bisa di titipkannya pada anak-anaknya hanyalah pendidikan. “ Bapak tidak bisa memberikan harta warisan, tapi hanya bisa menyekolahkan dan membekali pendidikan yang cukup, smeoga itu membawah keberkahan hidup kalian”. Demikian kira-kira yang selalu diucapkan orang tua saya.

Pendidikan tinggi sangat diperlukan baik itu untuk laki-laki ataupun perempuan. Seorang perempuan walaupun nantinya ia tidak bekerja di luar, di lembaga, di kantor, atau hanya sekedar di rumah menjadi ibu rumah tangga, pendidikan sangat diperlukan sebagai bekal :

(1)   Mendidik anak

Seperti ulasan sebelumnya, sekolah pertama seorang anak adalah keluarga. Sosok yang paling sering ditemui seorang anak adalah ibu. Materi sekolah saat ini juga jauh lebih modern dan luas daripada tahun 90an. Lingkungan yang ada saat ini pun lebih menantang dengan segala permasalahan sosial yang ada. Apa yang terjadi jika seorang ibu tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan saat ini?.

 

(2)   Mengurus rumah tangga

Di era modern seperti saat ini, dengan kemajuan teknologi yang terus berubah di setiap detiknya, dengan keberadaan alat-alat canggih di sekitar kita. Peralatan yang ada saat ini sebagian besar hampir menggunakan system yang terkomputerisasi, system digital dengan kecerdasan buatan. Jika seorang ibu rumah tangga tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, sedangkan keluarganya mampu memenuhi peralatan rumah tangga yang modern, bagaimana akan mengoperasikannya ?.


(3)   Kehidupan sosial masyarakat

Kehidupan seorang ibu rumah tangga tentunya sangat erat dengan kehidupan sosial masyarakat dengan beraneka ragam latar pendidikan, suku, agama, karakter manusianya. Kecakapan hidup yang dimiliki seorang perempuan, khususnya ibu rumah tangga sangat dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat, agar tidak terjadi gesekan-gesekan karena sisi emosional seorang perempuan.

Saya adalah seorang ibu rumah tangga dengan dua anak yang berusia 9 tahun dan 8 tahun. Suami saya seorang pekerja swasta yang bekerja dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Namun tak jarang juga hingga pukul 20.00 WIB. Saya juga berprofesi sebagai pendidik di sebuah sekolah dasar negeri yang berjarak kurang lebih 6 km dari tempat tinggal saya.

Keadaan saya yang bekerja dan tentunya sebagai ibu rumah tangga tidak membuat saya mengeluh dan beralasan untuk tidak berkarya. Tidak juga membuat saya mengabaikan tugas dan kewajiban baik itu sebagai pendidik ataupun sebagai ibu dan seorang istri. Suami meridhoi insyallah semua akan berjalan dengan baik.

Manajemen waktu, keterbukaan, komunikasi, pengertian, dan saling memahami adalah kunci agar semua aktifitas saya dapat berjalan seimbang. Setiap waktu di setiap hari, kami sekeluarga selalu bercerita apa yang telah dialami di luar, di tempat kerja, di sekolah, serta menyampaikan jika ada keinginan atau ketidak sesuaian perilaku dalam keluarga.

Secara umum apa yang saya alami mungkin juga di alami sebagian besar perempuan yang bekerja. Bagaimana kita harus membagi waktu antara urusan rumah dan pekerjaan, kita harus menyiapkan makanan untuk sarapan, menyiapkan kebutuhan anak-anak sebelum berangkat sekolah, menyiapkan kebutuhan suami sebelum berangkat kerja, kemudian kita bekerja dan beraktiftas di luar, menyiapkan kembali kebutuhan untuk makan malam, mendampingi anak-anak belajar di rumah, menjaga kebersihan dan kerapian rumah, serta tugas umum seorang ibu dan istri. Capek ?, iya pastinya. Tetapi kekuatan dan kasih sayang yang dimiliki perempuan membuat segala rasa lelah menjadi sirnah.

Apa yang saya tuliskan di atas adalah contoh sederhana dengan tugas yang sederhana.

Saat ini, banyak sekali kita temui Kartini-Kartini milenial dengan segudang prestasi, peran, dan karyanya. Perempuan mampu berperan di banyak bidang. Diantaranya :

1)      Bidang politik

Kita mengenal Ibu Megawati Soekarno Putri, yang merupakan presiden wanita pertama di Indonesia. Ibu Sri Mulyani, yang menjabat sebagai menteri keuangan cabinet Indonesia Bersatu serta pernah juga menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Ibu Tri Risma Harini yang karirnya menanjak dari seorang PNS biasa hingga menjadi menteri sosial saat ini.  Dan sederet perempuan perkasa Indonesia lainnya.

 

 

2)      Bidang Teknologi

Pratiwi Pudji Lestari Sudarmono adalah astronot perempuan pertama di Indonesia. Mesty Ariotedjo adalah perempuan yang dinobatkan majalah Forbes sebagai kandidat perempuan muda inspiratif bidang teknologi kesehatan.

Sumber : https://www.tagar.id/deretan-kartini-muda-indonesia-di-bidang-teknologi

 

3)      Bidang Agama

Siti Musdah Mulia adalah ahli peneliti utama Depag. Siti Ruhaini Dzuhayatin, Ahli Kajian Gender dan Islam, Akademisi, Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Internasional.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_tokoh_perempuan_Indonesia.

 

4)      Bidang literasi, penulis

Ibu Sri Sugiatuti, adalah pegiat literasi, motivator, dan penulis buku. NH. Dini dengan karya hebatnya antara lain Hati Yang Damai (1961), Namaku Hiroko (1977), dll. (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Nh._Dini). Dewie “Dee” Lestari dengan karyanya yang spektakuler Supernova . (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Dewi_Lestari).

 

5)      Entrepreneur

Aulia Halimatussadiah, entrepreneur startup pendiri toko buku online kutukutubuku. Catherine Hindra Sutjahyo, pendiri toko belanja online Zalora. Putri Tanjung, CEO dan Founder Creativepreneur.

 

Masih banyak ratusan tokoh perempuan berprestasi dan berpengaruh lain yang tidak saya tulis semuanya. Nama-nama diatas adalah sedikit contoh jika perempuan dapat berkarya tanpa terhalang gender. Perempuan dapat menduduki jabatan penting dengan tetap berpegang pada kodratnya sebagai wanita.

Kembali lagi bahwa semua pencapaian-pencapaian perempuan harus diiringi dengan pendidikan dan pengetahuan yang mumpuni. Jika pengetahuan itu tidak dapat diperoleh melalui sekolah, atau hanya terbatas pada jenjang pendidikan tertentu, setidaknya budaya literasi entah itu offline atau digital harus konsisten dijalani kaum perempuan.

Hal yang harus diperhatikan untuk konsisten dalam budaya literasi khusunya digital adalah memperhatikan pola, bagaimana memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai perempuan yang memiliki sisi emosional lebih, tidak hanya maksimal menerima informasi dari laman atau media sosial, namun juga harus bijak menyaring informasi tersebut.

Meneladani perjuangan R.A Kartini tidak hanya dengan berdandan memakai kebaya, atau mengakui bahwa perempuan Indonesia adalah bagian dari Kartini Indonesia, namun Kartini Milenial juga harus berani untuk terus maju dan berkarya tanpa merisaukan gender, berpegang pada norma dan aturan agama, serta selalu menyadari kodratnya sebagai wanita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar